Urgensi Sebuah Loyalitas

Labels: |

Organisasi dalam tubuh Mahasiswa Indonesia di Mesir (Masisir) sudah seperti jamur yang bertebaran di musim hujan. Hampir setiap sudut tubuh Masisir ditemukan organisasi dengan berbagai macam visi dan misi. Oragansai sudah menjadi hal yang lazim ada di Masisir, tak lain adalah sebagai tempat pelarian untuk berkumpul, berkreasi dan mengembangkan potensi diri. Mengingat, fasilitas seperti ini tidak ditemukan di tempat utama mereka mencari ilmu, al-Azhar al-Syarif. Kreatifitas membentuk organisasi pun berkembang di kalangan Masisir setelah mereka merasa bahwa mereka butuh wadah untuk berkreasi. Sehingga tak mengherankan jika banyak sekali organisai yang lahir berlatar belakang hanya persamaan persepsi.

Namun dari banyaknya kuantitas organisasi tersebut, tidak sedikit di antaranya yang ‘mandeg’ atau tersendat di tengah jalan. Tidak lain penyebab dari itu semua adalah minimnya rasa loyalitas yang dimiliki oleh masing-masing anggota oranisasi tersebut, yang akhirnya berakibat juga pada kurang maksimalnya pelaksanaan program kegiatan. Loyalitas organisator mempunyai peran yang sangat signifikan bagi eksistensi sebuah organisasi. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa setiap laju roda organisasi membutuhkan orang-orang yang benar-benar mau dan aktif dalam mencurahkan segala apa yang dimilkinya demi organisasi tersebut. Bahkan, nasib eksisitensi sebuah organisasi ditentukan oleh loyalitas para anggotanya terhadap organisasi tersebut.

Nilai subtansi dari sebuah organisasi adalah bukan pada masa kejayaan yang pernah diraihnya. Namun lebih dari itu, organisasi akan lebih mempunyai ‘harga’ jika organisasi tersebut bisa mengantarkan para anggotanya ke arah visi dan misinya dan berhasil menanamkan rasa loyalitas tinggi pada jiwa setiap anggotanya. Sehingga dari itu semua, organisasi tadi benar-benar mampu mempertahankan eksistensinya meskipun banyak rintangan yang dihadapi.

Loyalitas yang dimilki oleh setiap organisator juga berpengaruh pada ‘keistiqamahan’ suatu organisasi dalam melaju pada rel visi dan misi. Jika suatu organisasi sudah melenceng dari jalur visi dan misi yang ada, besar kemungkina bahwa rasa loyalitas yang dimilki oleh para anggotanya telah kropos dan lapuk. Karena jika memang loyalitas benar-benar ada pada setiap anggota, tidak mungkin mereka akan membiarkan dan bahkan membawa organisasi tersebut ke arah yang menyimpang dari rel visi dan misi.

Melihat hal-hal di atas, organisasi-organisasi yang berada di Masisir seyogyanya lebih belajar kembali menanamkan rasa loyalitas pada tiap anggotanya. Karena nasib organisasi tersebut ke depannya akan ditentukan oleh tingkat loyalitas anggotanya. Tidak heran jika banyak organisasi di Masisir yang hanya memiliki banyak program sedangkan para anggotanya masih saja merasa ‘malas’ dan ‘enggan’ untuk bergerak dan berusaha merealisasikan program-program tadi. Tidak lain alasan dari itu semua adalah karena kurangnya rasa ‘nduweni’ yang dimiliki oleh setiap anggotanya. Ya, dari sini penulis kembali menyatakan bahwa loyalitas amat sangat berarti bagi eksistensi sebuah organisasi. Ia ibarat ruh bagi organisasi. Dan tentunya, tanpa ruh, sebuah organisasi tak akan mampu bernafas lebih lama, yang akhirnya berakibat dan berujung pada ‘matinya’ organisasi tersebut.

*Tulisan pernah dimuat di Buletin Prestasi Kelompok Studi Walisongo (KSW) Mesir Edisi 85, Agustus 2010 di rubrik Catatan Pojok.

0 comments:

Post a Comment