Restorasi Spirit Visi dan Misi Organisasi Di Masisir

Labels: |

Sebagai insan terpelajar, santri al-Azhar dari Indonesia (baca: Masisir) tidak hanya punya keinginan memperdalam masalah pengetahuan agama saja. Potensi yang ada dalam diri mereka, mau tidak mau harus terlampiaskan untuk meraih status ‘mahasiswa ideal’ yang mereka impikan. Banyaknya garis penyekat (baca: Organisasi) diantara mereka adalah salah satu bentuk usaha untuk mewujudkan cita tersebut. Dan benar adanya, organisasi-organisasi inilah tempat yang tepat untuk mecurahkan dan melampiaskan hasrat potensi dan kreatifitas yang telah mereka bawa. Karena realitanya, al-azhar hanya memberikan fasilitas pencerahan dalam dunia pengetahuan saja, khususnya keagamaan. Namun sayangnya, perkembangbiakan organisasi yang bisa dibilang sangat pesat ini tidak dibarengi dengan komitmen visi dan misi saat organisasi tersebut dibentuk. Sehingga yang terkesan adalah bahwa organisasi merupakan garis sekat di peta Masisir yang perlu diluruskan kembali tujuan awal pembetukannya.

Di lain sisi, organisasi itu sendiri seharusnya perlu menyadari dan menilik kembali tujuan awal pendirian. Sehingga arah yang akan dicapai pun akan jelas, dan sikap yang akan dikeluarkan oleh organisasi tersebut dalam menilai fenomena ke-Masisiran (bahkan ke-Indonesiaan) akan terlihat independen. Artinya, organisasi tersebut punya kebijakan sendiri tanpa ada campur tangan oknum tertentu dalam mengeluarkan sikap. Sangat disayangkan jika sebuah organisasi hanya akan dijadikan ‘boneka’ oleh golongan atau partai tertentu disebabkan ulah para pengurusnya yang terlibat aktif di golongan atau partai itu. Dari sini, kesan yang muncul adalah bahwa organisasi tersebut milik partai tertentu meskipun sebenarnya tidak. Dan hal semacam ini (mungkin) akan memudarkan keharmonisan hubungan antar Masisir.

Eksistensi organisasi memang dapat dibilang mempunyai andil yang signifikan dalam proses pengembangan pribadi Masisir. Namun sebaliknya, organisasi juga tidak lepas dari efek negatif. Lajunya roda organisasi yang melenceng dari rel yang telah ditentukan selain merugikan organisasi tersebut, juga akan berdampak pada anggotanya. Disorientasi ini bisa disebabkan karena para organisator sendiri belum siap pada konsekuensi menjabat kepengurusan. Ditambah lagi, oknum lain yang bisa saja menyusup di tubuh organisasi dan sengaja melencengkan arah laju organisasi tersebut. Situasi semacam ini hanya akan menambah beban psikologis para ‘organisator lugu’. Dan akhirnya, dalam merealisasikan program kerja yang telah dicanangkan pun tidak akan maksimal dan terkesan asal-asalan. Lantas, apa yang seharusnya dilakukan dalam kondisi seperti ini? Kewibawaan suatu organisasi adalah terletak pada bagaimana organisasi tersebut memegang prinsip (baca: visi dan misi) yang telah disepakati saat pembentukan. Sehingga tindakan restorasi spirit visi dan misi sangat dibutuhkan dalam meluruskan kembali arah laju roda organisasi.

*Tulisan pernah dimuat di Buletin Prestasi Kelompok Studi Walisongo (KSW) Edisi 85, Agustus 2010 di rubrik Editorial.

0 comments:

Post a Comment