Syawal 1430 H; Sebuah Renungan

Labels: |

Bulan penuh berkah telah kita lewati bersama. Ritual ibadah yang biasanya kita lakukan pada bulan penuh ampunan itu tidak lagi kita jalani. Hanya memori keindahan yang dapat kita ingat disaat kekhusyuan dan ketenangan diperoleh ketika menjalankan ibadah-ibadah tersebut. Namun di lain waktu, rasa sesal juga mampir di pikiran kita, tatkala bulan penuh ganjaran itu tidak kita manfaatkan secara maksimal dalam beribadah dan ber-taqarrub kepada-Nya. Selain itu, seseorang juga dapat dikatakan sangat merugi jika ia dapat mnejumpai ramadhan namun masih membawa dosa-dosa yang telah diperbuat. Dalam sebuah riwayat, rasulullah Saw pernah bersabda “barangsiapa berpuasa di bulan ramadhan karena iman kepada Allah dan mengharap ridha-Nya, maka diampunilah dosa-dosanya yang terdahulu”.

Saat Idul Fitri 1 Syawal 1430 H tiba, rasa senang bercampur sedih menghiasi perasaan kita. Senang karena bulan kemenangan tiba, sedih karena bulan ramadhan telah berakhir. Syawal yang dalam bahasa indonesia berarati “meningkat atau peningkatan” seharusnya benar-benar menjadi batu loncatan bagi kita untuk meningkatkan segala apa yang kita miliki. Dari segi ibadah misalnya, selama bulan ramadhan tentunya kita telah melaksanakan banyak ritual ibadah, sebut saja ibadah salat tarawih, membaca al-Qur’an, menghadiri majlis-majlis ilmu dan lain sebagainya. Kita sangat semangat sekali dalam menjalankan ibadah-ibadah tersebut. Namun setelah Idul Fitri tiba dan ramadhan telah berakhir, apakah semangat dalam beribadah masih kita rasakan? Apakah kita masih menyempatkan melangkahkan kaki ke masjid untuk melaksanakan salat-salat fardhu? Adakah kita masih menyempatkan waktu untuk mentadaburi ayat-ayat al-Qur’an atau sekedar membacanya?

Pertanyaan-pertanyaan di atas mungkin bisa menjadi bahan perenungan sejenak bagi kita. Di samping itu, perlu kita ketahui bahwa dalam beribadah bukan besar dan beratnya ibadah tersebut yang terpenting, akan tetapi “istiqamah” dalam melakukan ibadah tersebut. Dikatakan “ahabbul a’mâli ilallâhi dawâmuhâ”, suatu amal ibadah yang paling disukai oleh Allah adalah keistiqamahannya.

Alangkah indahnya bila ibadah-ibadah yang telah kita lakukan di bulan ramadhan kemarin, masih dapat kita laksanakan di bulan-bulan setelahnya. Sebuah nilai plus bagi seorang muslim jika ramadha mempunyai atsar padanya. Tentunya atsar positif dalam kepribadiannya yang mengangkatnya ke tangga derajat yang lebih tinggi. Hingga akhirnya, bulan syawal yang tidak lain adalah bulan peningkatan, benar-benar menjadi titik tolak untuk senantiasa memaksimalkan segalanya, ibadah, dakwah, muamalah dan aktivitas yang lainnya. Insya Allah…!

0 comments:

Post a Comment