Simak Kisah Muhasabah

Labels: |

Kisah seorang ayah dan anak kecilnya. Sang ayah berkata: nak, kalau kamu bersedekah kepada fakir miskin itu, nanti ayah akan beri kamu hadiah. Secara diam-diam dan tanpa diketahui si kecil, sang ayah telah menaruh uang di sakunya. Si kecil pun langsung berjalan menuju fakir miskin dan memberikan uang yang ada di sakunya, yang dia sendiri sebenarnya tidak tahu dari mana asal uang itu. Dengan penuh rasa bangga dan mengaharap hadiah yang dijanjikan, si kecil berkata kepada sang ayah: Yah, aku sudah brsedekah kepada fakir miskin itu, sekarang mana hadiah yang ayah janjikan kepadaku tadi? Sang ayah tersenyum bangga terhadap apa yang telah dilakukan oleh si kecil dan memberikan hadiah yang telah dijanjikannya tadi.

Layaknya seorang hamba ketika menjalankan perintah Tuhannya. Si hamba merasa bahwa dirinya telah menjalankan apa yang telah diperintahkan oleh Tuhannya. Dia sudah mendirikan salat lima waktu, dia sudah berpuasa di bulan ramadhan, dia sudah membayar zakat, dia sudah pergi haji, dia sudah bersedekah dan lain sebagainya. Dan akhirnya, si hamba pun merasa bahwa dirinya berhak menerima balasan (baca: surga) dari Tuhannya karena telah menjalankan segala perintah-Nya.

Sebuah kekeliruan yang sangat besar. Si hamba ternyata tidak menyadari bahwa kekuatan yang dia pakai saat rukuk dan sujud adalah pemberian Tuhannya. Kesehatan yang dia rasakan saat berpuasa adalah anugerah dari Tuhanya. Harta yang dia sedekahkan dan dia gunakan untuk pergi haji adalah rizki dari Tuhannya. Lantas, masih pantaskah kalau dia berkata: aku sudah melakukan semua perintah-Mu Tuhan, sekarang mana surga yang Engkau janjikan?


Si hamba kelihatanya masih perlu banyak belajar lagi. Sebeginikah hubungan antara hamba dan Tuhannya? Lalu, dimana rasa ubûdiyyah (penghambaan) yang semestinya dimiliki oleh seorang hamba? Nampaknya, si hamba lupa bahwa Rasul Saw pernah mengajarkan kalimat “Lâ haula wa lâ quwwata illâ billâhi al-‘aliyyi al-‘adzîm”. Dia juga melalaikan sabda Nabi Saw: tidaklah amal seseorang dapat memasukkannya ke dalam surga. Para sahabat pun bertanya: termasuk engkau wahai Rasulullah Saw? Nabi Saw menjawab: Iya, termasuk aku, kecuali atas anugerah dan rahmat dari Tuhanku.

Sedikit demi sedikit si hamba nampaknya sudah mulai megerti. Tapi dilihat dari raut wajahnya, kelihatannya masih ada yang mengganjal dalam pikirannya. Ya, dia sedang bingung dengan apa yang baru saja dia ketahui. Dan ternyata, dia masih menyimpan pertanyaan; kalau memang seperti itu, lantas bagaimana dengan firman Allah dalam al-Qur’an, “masuklah kalian ke dalam surga atas apa yang telah kalian kerjakan”? Si hamba masih terus berusaha mencari jawaban atas pertanyaan yang masih mengganggu pikirannya itu. Dan kelak, dia pasti akan menemukan jawabannya sebagaimana si anak kecil tadi akan mengetauhi bahwa uang yang ada di sakunya, yang telah ia berikan kepada fakir miskin adalah pemberian dari sang ayah kelak ketika dia sudah besar nanti.

*Ditulis di pertengahan musim dingin, 14-01-2010, 08.24 clt, tepatnya H-4 sebelum ujian termin pertama.

0 comments:

Post a Comment