Mengenali Status Diri

Labels: |

Liburan panjang musim panas telah usai, kabut musim dingin sesekali telah menyelimuti kota Kairo, begitu juga dengan mendung yang sempat meneteskan air gerimisnya di bumi para nabi ini. Dalam waktu yang sama, tahun ajaran baru 2009-2010 telah resmi dibuka. Aktivitas belajar-mengajar di berbagai kampus sudah berlangsug sejak beberapa pekan lalu, termasuk di Universitas Al-Azhar. Di sisi lain, para petugas di idârah syu`ûn al-thullâb sibuk melayani para mahasiswa, dari yang minta tadarruj al-dirâsy, itsbât al-qaid, kasyfu al-darajât, milih jurusan dan lain sebagainya sampai mengurus berkas calon mahasiswa baru.

Semua sibuk pada tugasnya masing-masing, begitu juga dengan Masisir (Mahasiswa Indonesia di Mesir). Status sebagai mahasiswa seharusnya menuntut mereka untuk aktif menghadiri perkuliahan di kampus. Namun realita berbicara lain, dari sekian banyak mahasiswa yang menempuh studinya di Al-Azhar, hanya segelintir orang saja yang aktif menghadiri perkuliahan. Ironis memang. Akan tetapi kenyataan ini seyogyanya tidak hanya dihat dari satu sisi saja. Ada beberapa faktor yang mungkin menyebabkan ketidakhadiran mereka di kampus, tidak ada absensi adalah salah satu alasannya.

Selain itu, 'multi status' juga bisa menjadi alasan mengapa mereka jarang menginjakkan kaki di kampus. Sebut saja mereka yang selain berstatus sebagai 'thâlib azhary', juga berstatus sebagai anggota atau pengurus di berbagai organisasi yang terdapat di belantara Kairo ini. Keberadaan organisasi-organisasi ini sudah pasti mempunyai dampak dalam kegiatan perkuliahan. Tidak sedikit mahasiswa yang absen beralasan karena ada tugas organisasi yang belum terselesaikan dan lain sebagainya yang semuanya berhubungan dengan organisasi yang mereka ikuti. Namun alasan ini adalah alasan yang baik dan perlu mendapat acungan jempol dan apresiasi dari siapa saja. Karena hal ini menunkjukkan bahwa ia mempunyai kegiatan dan kesibukan yang positif dalam menumbuhkan kreatifitas dan mengembangkan potensi yang ia miliki. Sebab, tidak sedikit dan bahkan banyak sekali pula mahasiswa absen hanya karena kegiatan-kegiatan sepele, yang tidak jelas dan kurang begitu bermanfaat.

Ikut bergabung dalam organisasi akan lebih baik bagi seorang mahasiswa jika organisasi tersebut memang benar-benar menjadi wadah untuk menyalurkan potensi dan kreatifitas, menggali sumber daya manusia dan menjadi sebuah mediator untuk sebuah tujuan. Apalagi kalau organisasi tersebut berorientasi pada bidang akademis, kajian keilmuan, dunia kepenulisan dan lain sebagainya. Situasi di era seperti ini menuntut setiap individu untuk lebih pro-aktif dalam merespons segala bentuk permasalahan kehidupan. Kegiatan berinteraksi dalam sebuah organisasi mungkin bisa jadi miniatur dari sebuah ekosistem masyarakat. Pengalaman, skill dan langkah riil adalah yang dilihat dan diharapkan oleh masyarakat sekarang, bukan hanya sekedar teori-teori abstrak dan interpretasi sebuah problematika kehidupan yang tidak diketahui kapan bisa terealisasi.

Status sebagai makhluk sosial kapan pun dan di mana pun akan selalu disandang oleh setiap manusia. Begitu juga status-status lain yang sangat banyak dan beragam, tergantung dari kategori apa dan segi mana dalam melihatnya. Layaknya ketika orang sedang asyik dan aktif dalam meng-up date statusnya di facebook, seorang mahasiswa seharusnya selalu sadar akan status yang sedang mereka pampang. Meskipun mempunyai banyak status, namun tidak sepantasnya ia melupakan status sebagai thâlib azhary. Karena bagaimanapun juga, status inilah (baca: thâlib azhary) yang menjadi tujuan dan alasan mengapa ia berada di bumi Kinanah ini. Sehingga dengan begitu, skala prioritas akan menjadi timbangan baginya dalam mengerjakan apa yang seharusnya ia kerjakan dan menunda apa yang seharusnya ia kerjakan setelahnya.

0 comments:

Post a Comment